Lahir di Surabaya, 30 Juli 1954, nama kecil Han Hoo Lie. Lembaga Katolik
lain yang pernah digelutinya adalah Biarawati, Seminari Agung
(Institut Filsafat Teologia Katolik), Ketua Legio Maria dan Universitas
Katolik Atmajaya Jakarta. Mengucap ikrar dua kalimat syahadat th.1983
di Masjid Al-Falah Surabaya, dihadapan KH Misbach (alm) Ketua MUI Jawa
Timur saat itu. Berkiprah di beberapa lembaga diantaranya ICMI, PITI,
Al-Ma'wa (Pembina Muallaf) Surabaya, Pengasuh Majlis Ta'lim
Al-Muhtadin, Forum Komunikasi Lembaga Pembina Muallaf ( FKLPM ), Forum
Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi (FORGAPP), Lembaga Advokasi
Muslim (LAM),Gerakan Muslimat Indonesia (GMI) dan (MAAI) Majlis Ilmuwan
Muslimah se Dunia Cabang Indonesia, MPU (Muslimah Peduli Umat) dan
mendirikan Yayasan serta Pondok Pesantren Muallafah IRENA CENTER.
Perjalanan Hj. Irena Handono
Kajian Peradaban, Pembentengan Aqidah dan Pembinaan Muallaf
Selasa, 30 Desember 2014
Hj. Irena Handono
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bali,
Batak,
Bibel,
Budha,
China,
Damai Dalam Kristus,
God,
Hindu,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Islam Liberal (JIL),
Juru Selamat,
Kalimantan,
NTT,
NU,
Sufi,
Syi'ah,
Tiongkok
Bagaimana Islam Memandang Soal Pernikahan Beda Agama?
Senin, 29 Desember 2014
Bagaimana Islam Memandang Soal Pernikahan Beda Agama?
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Apakah belum jelas ayat Allah yang sedemikian tegasnya mengatur tentang pernikahan beda agama ini?
"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka. sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran."(Al-Baqarah: 221).
Maka kemudian muncul dalih, "bukankah Kristen itu Ahli Kitab?"
Ketahuilah, bahwa
saat ini, tak ada Ahli Kitab (atau Ahlul Kitab) yang sama pada masa
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Yahudi dan Kristen merupakan
pengingkaran dari tauhid yang diajarkan nabi-nabi terdahulu, sehingga
tidak bisa disamakan dengan Ahli Kitab.
Dan yang menyedihkan adalah, dampak bagi keberlangsungan hidup berkeluarga dalam pernikahan beda agama adalah, "TIDAK
TERWUJUD KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH".
Dalam Islam, pernikahan merupakan salah satu pelaksanaan dari syariat Islam, sehingga tunduk pada aturan Allah yang jadi Tuhan kita satu-satunya. Pernikahan merupakan tahap awal pembentukan keluarga Islami yang selanjutnya membentuk masyarakat yang Islami.
Yang perlu diingat, jika seorang wanita Muslim menikah dengan laki-laki non Muslim, status pernikahannya tidak sah dan dipandang sebagai zina seumur hidup karena gerbang awalnya (aqad pernikahan) sudah jelas tidak sah. Hal buruk lain yang mengikuti pernikahan beda agama adalah rusaknya nasab (garis keturunan) sang anak dengan orangtuanya. Jika ibunya Muslim sedangkan ayahnya non Muslim maka terputuslah hak perwalian dan hak waris dari ayah tersebut kepada anaknya. Ini adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan.
Dengan demikian, pernikahan tidak semata-mata mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang wanita, tapi memiliki tujuan jangka panjang, tidak hanya di dunia ini saja, tapi sampai ke akhirat nanti, sejalan dengan visi atau tujuan jangka panjang perjalanan hidup kita. Karena itu, maka dalam pernikahan diperlukan laki-laki dan wanita yang menjadi suami dan isteri yang satu visi hidup. Ketika seseorang masih memiliki komitmen keislaman, tidak mungkin ia menikah dengan non-Muslim, sebab dalam Islam, jangankan memilih non-Muslim, memilih yang muslim saja harus yang taat pada aturan Allah.
Rasulullah bersabda: “Wanita dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, kemuliaannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah karena agamanya maka engkau akan beruntung.“
( HR Bukhari dan Muslim )
Masih memutuskan untuk mendebat hukum Allah dengan topeng "pernikahan beda agama"?
Dalam Islam, pernikahan merupakan salah satu pelaksanaan dari syariat Islam, sehingga tunduk pada aturan Allah yang jadi Tuhan kita satu-satunya. Pernikahan merupakan tahap awal pembentukan keluarga Islami yang selanjutnya membentuk masyarakat yang Islami.
Yang perlu diingat, jika seorang wanita Muslim menikah dengan laki-laki non Muslim, status pernikahannya tidak sah dan dipandang sebagai zina seumur hidup karena gerbang awalnya (aqad pernikahan) sudah jelas tidak sah. Hal buruk lain yang mengikuti pernikahan beda agama adalah rusaknya nasab (garis keturunan) sang anak dengan orangtuanya. Jika ibunya Muslim sedangkan ayahnya non Muslim maka terputuslah hak perwalian dan hak waris dari ayah tersebut kepada anaknya. Ini adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan.
Dengan demikian, pernikahan tidak semata-mata mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang wanita, tapi memiliki tujuan jangka panjang, tidak hanya di dunia ini saja, tapi sampai ke akhirat nanti, sejalan dengan visi atau tujuan jangka panjang perjalanan hidup kita. Karena itu, maka dalam pernikahan diperlukan laki-laki dan wanita yang menjadi suami dan isteri yang satu visi hidup. Ketika seseorang masih memiliki komitmen keislaman, tidak mungkin ia menikah dengan non-Muslim, sebab dalam Islam, jangankan memilih non-Muslim, memilih yang muslim saja harus yang taat pada aturan Allah.
Rasulullah bersabda: “Wanita dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, kemuliaannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah karena agamanya maka engkau akan beruntung.“
( HR Bukhari dan Muslim )
Masih memutuskan untuk mendebat hukum Allah dengan topeng "pernikahan beda agama"?
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Hj. Irena Handono
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Seluk Beluk Perayaan Tahun Baru Masehi
Minggu, 28 Desember 2014
Seluk Beluk Perayaan Tahun Baru Masehi
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini, kita masih diberi kesempatan oleh Allah Ta'ala, untuk meneruskan kaji kita.
Sama
seperti pembahasan sebelumnya yakni tentang Natal, pada pembahasan kali
ini, saya mengajak ananda seluruhnya untuk memantapkan kembali aqidah
yang menjadi jalan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Salah
satunya adalah untuk tidak ber-tasyabbuh atau mengikuti tradisi
orang-orang di luar Islam.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra:36)”
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ
سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika
orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit
sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada
yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian
perkara. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27: 286.
Meniup Terompet Tahun Baru: Mengikuti Tradisi Kaum Yahudi
Siapa yang tak
kepincut dengan bersahut-sahutan meniup terompet tepat pada pergantian
tahun? Seru, memang, Apalagi buat anak-anak muda jaman sekarang. Tapi
ingat, meniup terompet pada malam peringatan Tahun Baru rupanya
merupakan salah satu bentuk tasyabbuh yang tidak disadari.
Meniup
terompet pada tahun baru merupakan budaya masyarakat Yahudi untuk
menyambut datangnya Rosh Hasanah atau tahun baru Taurat, yang jatuh pada
bulan ketujuh atau tanggal 1 bulan Tishri dalam kalender Ibrani purba.
“Katakanlah kepada orang-orang Isra’el, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai (terompet), yakni hari pertemuan kudus” (Imamat 23:24)
Dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam sama sekali tidak menyukainya. Mengapa? Sebab, membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.
Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshar, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud, no.498 dan Al-Baihaqi, no.1704).
Topi Kerucut Tahun Baru: Tanda Anda Telah Murtad !
Dahulu, pada masa Raja Ferdinand dan Ratu Isabela (keduanya penganut Kristiani) berkuasa di Andalusia -- ketika kaum muslimin dibantai – keduanya memberi jaminan hidup kepada orang Islam dengan satu syarat, yakni keluar dari Islam.
Maka untuk membedakan mana yang sudah murtad dan mana yang belum adalah ketika seorang muslim menggunakan baju seragam dan topi berbentuk kerucut dengan nama Sanbenito. Jadi, Sanbenito adalah sebuah tanda berupa pakaian khusus untuk membedakan mana yang sudah di-converso (murtad).
Saat itu umat Islam di Andalusia dibantai, kecuali yang memakai Sanbenito. Itu sama artinya dengan bersedia mengikuti agama Ratu Isabela. Topi ala Sanbenito itulah sebagai simbol orang Islam yang sudah murtad. Topi itu digunakan saat keluar rumah, termasuk ketika ke pasar. Dengan menggunakan sanbenito, mereka aman dan tidak dibunuh.
Setelah pembantaian selesai, agenda Ratu Isabela selanjutnya adalah mengejar muslim yang lari dan bersembunyi ke Amerika Selatan. Orang Islam yang tertangkap lalu diseret ke lembaga inkuisi (penyiksaan) yang dilaksanakan oleh orang gereja. Adapun pastur pertama yang ditunjuk Ferdinand dan Isabela untuk melaksanakan inkuisi adalah pastur bernama Torquemada. Ia adalah Jenderal Yahudi yang dikenal sebagai pembantai umat Islam Andalusia.
Bukan hanya orang Islam saja yang diseret ke lembaga inkuisisi, tapi juga orang yahudi yang menolak masuk Kristen. Di tanah lapang, mereka kemudian ada yang dibakar hidup-hidup, ada pula yang disiksa dengan kayu yang diruncingkan dan ditusuk dari bagian (maaf) duburnya. Penyiksaan lainnya ada yang dipatahkan kakinya. Kekejaman inkuisisi itu memang hendak membuat mati seseorang dengan secara perlahan, bahkan sambil tersenyum. Sadis!
Tanpa disadari, topi kerucut yang bernama Sanbenito ini sudah menjamur ke berbagai perayaan, termasuk ulang tahun. Maka, orang tua yang merayakan anaknya ulang tahun dan disertai topi kerucut seraya mendoakan anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah, justru mereka membuat pengumuman resmi bahwa anaknya telah murtad.
“Katakanlah kepada orang-orang Isra’el, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai (terompet), yakni hari pertemuan kudus” (Imamat 23:24)
Dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam sama sekali tidak menyukainya. Mengapa? Sebab, membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.
Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshar, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud, no.498 dan Al-Baihaqi, no.1704).

Dahulu, pada masa Raja Ferdinand dan Ratu Isabela (keduanya penganut Kristiani) berkuasa di Andalusia -- ketika kaum muslimin dibantai – keduanya memberi jaminan hidup kepada orang Islam dengan satu syarat, yakni keluar dari Islam.
Maka untuk membedakan mana yang sudah murtad dan mana yang belum adalah ketika seorang muslim menggunakan baju seragam dan topi berbentuk kerucut dengan nama Sanbenito. Jadi, Sanbenito adalah sebuah tanda berupa pakaian khusus untuk membedakan mana yang sudah di-converso (murtad).
Saat itu umat Islam di Andalusia dibantai, kecuali yang memakai Sanbenito. Itu sama artinya dengan bersedia mengikuti agama Ratu Isabela. Topi ala Sanbenito itulah sebagai simbol orang Islam yang sudah murtad. Topi itu digunakan saat keluar rumah, termasuk ketika ke pasar. Dengan menggunakan sanbenito, mereka aman dan tidak dibunuh.
Setelah pembantaian selesai, agenda Ratu Isabela selanjutnya adalah mengejar muslim yang lari dan bersembunyi ke Amerika Selatan. Orang Islam yang tertangkap lalu diseret ke lembaga inkuisi (penyiksaan) yang dilaksanakan oleh orang gereja. Adapun pastur pertama yang ditunjuk Ferdinand dan Isabela untuk melaksanakan inkuisi adalah pastur bernama Torquemada. Ia adalah Jenderal Yahudi yang dikenal sebagai pembantai umat Islam Andalusia.
Bukan hanya orang Islam saja yang diseret ke lembaga inkuisisi, tapi juga orang yahudi yang menolak masuk Kristen. Di tanah lapang, mereka kemudian ada yang dibakar hidup-hidup, ada pula yang disiksa dengan kayu yang diruncingkan dan ditusuk dari bagian (maaf) duburnya. Penyiksaan lainnya ada yang dipatahkan kakinya. Kekejaman inkuisisi itu memang hendak membuat mati seseorang dengan secara perlahan, bahkan sambil tersenyum. Sadis!
Tanpa disadari, topi kerucut yang bernama Sanbenito ini sudah menjamur ke berbagai perayaan, termasuk ulang tahun. Maka, orang tua yang merayakan anaknya ulang tahun dan disertai topi kerucut seraya mendoakan anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah, justru mereka membuat pengumuman resmi bahwa anaknya telah murtad.
Kembali Pada Sejarah
Oleh sebab itulah, mengapa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk mempelajari sejarah. Ini dilakukan agar kita tak salah langkah, apalagi sampai ber-tasyabbuh.
Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf: 111).
Demikian kaji singkat yang saya bagikan menjelang Tahun Baru ini, semoga Allah senantiasa menjaga langkah kita.
Rapatkan Barisan - Bentengi Aqidah - Lahirkan Generasi Qur'ani
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Hj. Irena Handono
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Akar Kebencian Kristen Terhadap Islam
Sabtu, 20 Desember 2014
Akar Kebencian Kristen Terhadap Islam
Count Henri Decastri, seorang pengarang Perancis menulis dalam bukunya
yang berjudul 'ISLAM' tahun 1896: "Saya tidak bisa membayangkan apa yang
akan dikatakan oleh kaum Muslimin jika mereka mendengar cerita-cerita
di abad pertengahan dan mengerti apa yang biasa dikatakan oleh ahli
pidato Kristen dalam hymne-hymne mereka. Semua hymne kami bahkan hymne
yang muncul sebelum abad ke 12 berasal dari konsep yang merupakan akibat
dari Perang Salib. Hymne-hymne itu dipenuhi oleh kebencian kepada kaum
Muslimin dikarenakan ketidakpedulian mereka terhadap agamanya. Akibat
dari hymne dan nyanyian itu, kebencian terhadap agama itu tertancap di
benak mereka, dan kekeliruan ide menjadi berakar, yang beberapa di
antaranya masih terbawa hingga saat ini. Tiap orang menganggap Muslim
sebagai orang musyrik, tidak beriman, pemuja berhala dan murtad. Lalu
dari mana dasar bahwa Kristen bisa menjalin hubungan baik dengan Islam?”
Kebencian Kristen kepada Islam bukanlah hal yang mengada-ada. Walau sudah demikian jelas faktanya, para pengikut ajaran Kristen malah sering balik menuduh bahwa pengungkapan fakta itu dianggap provokatif.
Tidak tanggung-tanggung, seorang Paus pun tak segan menebarkan kebencian kepada Islam. Pada 12 september 2006, sehari setelah peri-ngatan serangan 11 september, alih-alih mengambil simpati umat Islam, Paus Benediktus XVI—pemimpin tertinggi umat Katholik di dunia—dalam pidato ilmiahnya di Universitas Regensburg di Jerman, kembali mengulangi penghinaan terhadap Islam untuk ke sekian kalinya.
Paus berpidato dengan tema “korelasi antara iman dan logika dan pentingnya dialog antar peradaban dan agama”. Namun isinya melenceng. Paus Benedict XVI mengutip pernyataan Kaisar Byzantium abad ke-14 Kaisar Manuel II Palaeologus yang merupakan hinaan dan kecaman terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW. Ini berarti Paus Benediktus XVI setuju dengan penghinaan terhadap Islam seperti yang ia kutip dari dialog tersebut. Bahkan menurut Paus, pemahaman perang suci atau jihad bertentangan dengan tabiat Tuhan.
Pidato itu jelas menimbulkan kecaman luas kaum Muslim. Beberapa hari kemudian Paus Benediktus XVI menyata-kan umat Islam salah memahami konteks ucapannya. Seolah-olah umat Islam di-anggapnya bodoh dan tidak paham konteks sebuah pembicaraan.
Sebuah Alquran palsu dengan nama "The True Furqan", dicetak di Amerika oleh dua perusahaan percetakan; 'Omega 2001' dan 'Wine Press'. Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran', yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris.
Buku ini ditujukan sebagai pemal-suan Kitab Suci Alquran. Berbagai surah dinamai dengan surat-surat Alquran seperti An Nur, Al Fatihah, dll. "Bismillah" pada setiap surat diganti dengan "Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds" (dengan nama bapak, anak dan roh qudus).
Tahun 1999, The True Furqan sudah pernah menyerbu masyarakat. Edisi yang diterbitkan WinePress Publishing dengan mudah bisa dibeli di toko-toko buku di Amerika. Bahkan di dunia maya (internet) The True Furqan ini bisa diakses dengan sangat mudah. Ini menunjukkan adanya keseriusan dalam kampanye pemalsuan Alquran.
Dan mereka sendiri mengakui bahwa, "Tujuan The True Furqan adalah sebagai alat penyebaran agama Kristen," kata Al Mahdy kepada Baptist News. Menurut Al Mahdy, sejauh ini kaum evangelis (pengabar Injil) belum berhasil menemukan terobosan penting untuk bisa menaklukkan dunia Islam.
Tak hanya dari kalangan rohaniawan bahkan tokoh politik barat pun membenci Islam. Masih sangat segar di ingatan kita, bahwa George W Bush dengan lantang mengajak dunia untuk memerangi siapapun yang berusaha menegakkan syariah Islam.
Hingga Karen Armstrong, mantan biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen menulis dalam bukunya, "Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam, walaupun mereka hanya tahu sedikit tentang Islam."
Konsep Tauhid dalam Islam = Akar Permusuhan
Sebenarnya akar permusuhan Kristen terhadap Islam bukan disebabkan oleh
kesalahpahaman umat Islam terhadap agama itu, atau oleh karena luka
lama Perang Salib. Ketidaksukaan orang Kristen terhadap Islam lebih
fundamental dari itu, yakni karena penolakan Alquran secara tegas
tentang penyaliban Nabi Isa dan konsep trinitas. Penolakan ini berarti
juga pengingkaran/pengabaian terhadap keyakinan yang selama ini dipegang
erat oleh kaum Kristen. Jadi akarnya terdapat di dalam Alquran.
Para ulama terdahulu menulis karya-karya yang mengkritik keyakinan Kristen tersebut. Al-Ghazzali misalnya menulis Al Radd al-Jamil li Ilahiyati Isa bi Syarh al-Injil, Ibnu Taymiyyah juga menulis Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Din al-Masih. Tulisan mereka bukan propaganda tapi penjelasan kembali tentang apa yang disampai-kan oleh Alquran. Tidak banyak orang Kristen yang mengerti bahwa di antara rukun iman dalam Islam adalah meyakini kenabian Isa as dan kitab yang dibawanya, dan bahwa Nabi Isa as itu bukan Tuhan atau anak Tuhan. Jika kitab Injil yang asli dapat dibaca pada hari ini tentu tidak ada pertentangan dengan Alquran.
Kaum orientalis tidak mungkin bisa menoleransi dengan menerima kebenaran Alquran. Karena di dalam Alquran banyak sekali kecaman-kecaman terhadap doktrin-doktrin/pokok-pokok keyakinan agama Kristen. Contoh, surah Al-Maaidah ayat 17, Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." …
Lihat surah Al-Maaidah: 72, 73; Al-Maaidah: 73; An-Nisaa': 157, dan berbagai ayat lainnya.
Kandungan Alquran yang mengecam ajaran Yahudi dan Kristen seperti itu telah dan akan menuai reaksi balik dari orang-orang Yahudi dan Kristen sepanjang masa. Kaisar Bizantium, Leo III yang hidup pada tahun 717-714 M, artinya 85 tahun sepeninggal Rasulullah SAW, me-nuduh Al-Hajjaj Ibn Yusuf Al-Tsaqafiy, seorang Gubernur di zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan (684-704M) telah mengubah Alquran.
Peter, pendeta di Maimuma, pada tahun 743, menyebut Rasulullah SAW sebagai nabi palsu. Yahya Al-Dimasyqiy atau dikenal juga sebagai John of Damascus pada tahun 740 M, menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-kristus. John of Damascus ber-pendapat bahwa Muhammad adalah seorang penipu kepada orang Arab yang bodoh.
Ia juga mengatakan Nabi Muhammad menikahi Khadijah ra karena ingin mendapatkan kekayaan dan kesenangan. Ia bahkan menuduh dengan sangat keji bahwa Rasulullah menderita epilepsi terbukti dengan peristiwa menerima wahyu dari Jibril, dan hobi berperang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan (Daniel J.Sahas, John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden: E.J. Brill, 1972, hlm.67-95).
Fitnah-fitnah dan sikap permusuhan sengit terhadap Islam tersebut terus berlanjut dan rupanya itu menjadi rujukan tulisan-tulisan modern para orientalis seperti yang terkenal saat ini, Robert Mo-rey dengan bukunya The Islamic Invation yang menyebar di negeri ini dan membuat keresahan Muslim di Indonesia pada tahun 2003.
Image buruk terus dilanjutkan, hingga Snouck Hurgronje (1857-1936) pernah mengatakan: “Pada zaman skeptik kita ini, sangat sedikit sekali yang lepas dari kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin akan mengharapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada”. Snouck Hurgronje datang ke Aceh dengan meng-aku sebagai mualaf yang bernama Abdul Ghafar.
Pemikiran Snouck dituangkan dalam sebuah artikel pada tahun 1930 yang ditulis oleh Klimovich dengan judul, “Did Muhammad ever exist?”. Dalam artikel tersebut Klimovich menggiring pada suatu penyimpulan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan Muhammad adalah buatan belaka.
Jelas sekali bahwa orientalis klasik maupun kontemporer mempunyai kebencian yang sama terhadap Islam. Hanya mungkin berbeda dari cara dan stra-teginya saja. Namun pada intinya mereka menolak kenabian Muhammad saw dan kebenaran Alquran.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya yang menyatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi tidak akan berhenti hingga Muslim mengikuti millah mereka (QS 2: 120). Di surah yang lain Allah SWT berfirman: “…Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi-kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (Qs. Ali Imran: 118).
Demikianlah fakta dendam kesumat dan rasa benci orang Kristen dan Yahudi kepada Islam. Dan peringatan Allah tentang hal ini dalam Alquran sudah demikian jelasnya.
Kebencian Kristen kepada Islam bukanlah hal yang mengada-ada. Walau sudah demikian jelas faktanya, para pengikut ajaran Kristen malah sering balik menuduh bahwa pengungkapan fakta itu dianggap provokatif.
Tidak tanggung-tanggung, seorang Paus pun tak segan menebarkan kebencian kepada Islam. Pada 12 september 2006, sehari setelah peri-ngatan serangan 11 september, alih-alih mengambil simpati umat Islam, Paus Benediktus XVI—pemimpin tertinggi umat Katholik di dunia—dalam pidato ilmiahnya di Universitas Regensburg di Jerman, kembali mengulangi penghinaan terhadap Islam untuk ke sekian kalinya.
Paus berpidato dengan tema “korelasi antara iman dan logika dan pentingnya dialog antar peradaban dan agama”. Namun isinya melenceng. Paus Benedict XVI mengutip pernyataan Kaisar Byzantium abad ke-14 Kaisar Manuel II Palaeologus yang merupakan hinaan dan kecaman terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW. Ini berarti Paus Benediktus XVI setuju dengan penghinaan terhadap Islam seperti yang ia kutip dari dialog tersebut. Bahkan menurut Paus, pemahaman perang suci atau jihad bertentangan dengan tabiat Tuhan.
Pidato itu jelas menimbulkan kecaman luas kaum Muslim. Beberapa hari kemudian Paus Benediktus XVI menyata-kan umat Islam salah memahami konteks ucapannya. Seolah-olah umat Islam di-anggapnya bodoh dan tidak paham konteks sebuah pembicaraan.
Sebuah Alquran palsu dengan nama "The True Furqan", dicetak di Amerika oleh dua perusahaan percetakan; 'Omega 2001' dan 'Wine Press'. Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran', yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris.
Buku ini ditujukan sebagai pemal-suan Kitab Suci Alquran. Berbagai surah dinamai dengan surat-surat Alquran seperti An Nur, Al Fatihah, dll. "Bismillah" pada setiap surat diganti dengan "Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds" (dengan nama bapak, anak dan roh qudus).
Tahun 1999, The True Furqan sudah pernah menyerbu masyarakat. Edisi yang diterbitkan WinePress Publishing dengan mudah bisa dibeli di toko-toko buku di Amerika. Bahkan di dunia maya (internet) The True Furqan ini bisa diakses dengan sangat mudah. Ini menunjukkan adanya keseriusan dalam kampanye pemalsuan Alquran.
Dan mereka sendiri mengakui bahwa, "Tujuan The True Furqan adalah sebagai alat penyebaran agama Kristen," kata Al Mahdy kepada Baptist News. Menurut Al Mahdy, sejauh ini kaum evangelis (pengabar Injil) belum berhasil menemukan terobosan penting untuk bisa menaklukkan dunia Islam.
Tak hanya dari kalangan rohaniawan bahkan tokoh politik barat pun membenci Islam. Masih sangat segar di ingatan kita, bahwa George W Bush dengan lantang mengajak dunia untuk memerangi siapapun yang berusaha menegakkan syariah Islam.
Hingga Karen Armstrong, mantan biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen menulis dalam bukunya, "Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam, walaupun mereka hanya tahu sedikit tentang Islam."
Konsep Tauhid dalam Islam = Akar Permusuhan
![]() | ||
Kartun-Kartun Penghinaan Media Barat Terhadap Rasulullah |
Para ulama terdahulu menulis karya-karya yang mengkritik keyakinan Kristen tersebut. Al-Ghazzali misalnya menulis Al Radd al-Jamil li Ilahiyati Isa bi Syarh al-Injil, Ibnu Taymiyyah juga menulis Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Din al-Masih. Tulisan mereka bukan propaganda tapi penjelasan kembali tentang apa yang disampai-kan oleh Alquran. Tidak banyak orang Kristen yang mengerti bahwa di antara rukun iman dalam Islam adalah meyakini kenabian Isa as dan kitab yang dibawanya, dan bahwa Nabi Isa as itu bukan Tuhan atau anak Tuhan. Jika kitab Injil yang asli dapat dibaca pada hari ini tentu tidak ada pertentangan dengan Alquran.
Kaum orientalis tidak mungkin bisa menoleransi dengan menerima kebenaran Alquran. Karena di dalam Alquran banyak sekali kecaman-kecaman terhadap doktrin-doktrin/pokok-pokok keyakinan agama Kristen. Contoh, surah Al-Maaidah ayat 17, Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." …
Lihat surah Al-Maaidah: 72, 73; Al-Maaidah: 73; An-Nisaa': 157, dan berbagai ayat lainnya.
Kandungan Alquran yang mengecam ajaran Yahudi dan Kristen seperti itu telah dan akan menuai reaksi balik dari orang-orang Yahudi dan Kristen sepanjang masa. Kaisar Bizantium, Leo III yang hidup pada tahun 717-714 M, artinya 85 tahun sepeninggal Rasulullah SAW, me-nuduh Al-Hajjaj Ibn Yusuf Al-Tsaqafiy, seorang Gubernur di zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan (684-704M) telah mengubah Alquran.
Peter, pendeta di Maimuma, pada tahun 743, menyebut Rasulullah SAW sebagai nabi palsu. Yahya Al-Dimasyqiy atau dikenal juga sebagai John of Damascus pada tahun 740 M, menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-kristus. John of Damascus ber-pendapat bahwa Muhammad adalah seorang penipu kepada orang Arab yang bodoh.
Ia juga mengatakan Nabi Muhammad menikahi Khadijah ra karena ingin mendapatkan kekayaan dan kesenangan. Ia bahkan menuduh dengan sangat keji bahwa Rasulullah menderita epilepsi terbukti dengan peristiwa menerima wahyu dari Jibril, dan hobi berperang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan (Daniel J.Sahas, John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden: E.J. Brill, 1972, hlm.67-95).
Fitnah-fitnah dan sikap permusuhan sengit terhadap Islam tersebut terus berlanjut dan rupanya itu menjadi rujukan tulisan-tulisan modern para orientalis seperti yang terkenal saat ini, Robert Mo-rey dengan bukunya The Islamic Invation yang menyebar di negeri ini dan membuat keresahan Muslim di Indonesia pada tahun 2003.
Image buruk terus dilanjutkan, hingga Snouck Hurgronje (1857-1936) pernah mengatakan: “Pada zaman skeptik kita ini, sangat sedikit sekali yang lepas dari kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin akan mengharapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada”. Snouck Hurgronje datang ke Aceh dengan meng-aku sebagai mualaf yang bernama Abdul Ghafar.
Pemikiran Snouck dituangkan dalam sebuah artikel pada tahun 1930 yang ditulis oleh Klimovich dengan judul, “Did Muhammad ever exist?”. Dalam artikel tersebut Klimovich menggiring pada suatu penyimpulan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan Muhammad adalah buatan belaka.
Jelas sekali bahwa orientalis klasik maupun kontemporer mempunyai kebencian yang sama terhadap Islam. Hanya mungkin berbeda dari cara dan stra-teginya saja. Namun pada intinya mereka menolak kenabian Muhammad saw dan kebenaran Alquran.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya yang menyatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi tidak akan berhenti hingga Muslim mengikuti millah mereka (QS 2: 120). Di surah yang lain Allah SWT berfirman: “…Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi-kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (Qs. Ali Imran: 118).
Demikianlah fakta dendam kesumat dan rasa benci orang Kristen dan Yahudi kepada Islam. Dan peringatan Allah tentang hal ini dalam Alquran sudah demikian jelasnya.
Diposkan oleh
Hj. Irena Handono
di
01.53
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Bolehkah Mengucapkan Selamat Natal?
Kamis, 11 Desember 2014
Bolehkah Mengucapkan Selamat Natal?
Di bulan Desember ini seperti tahun-tahun sebelumnya dan sepanjang
tahun, selalu muncul pertanyaan yang ditujukan kepada saya, tentang
boleh tidaknya mengucapkan 'Selamat Natal'. Jawaban saya cukup singkat:
TIDAK!
Sebagian memberikan alasan bahwa mereka masih terikat pada pekerjaan yang dalam posisi sulit mengelak untuk mengucap 'Selamat Natal' pada relasi, customer, bos, atau atasan. Sebagian yang lain beralasan karena untuk menjaga hubungan baik, kekerabatan, kekeluargaan dengan saudara, ipar, orang tua, mertua ataupun tetangga.

Bahkan ada yang berdalih, rekan kerja suaminya, tetangga atau kerabatnya yang beragama Kristen, selalu hadir saat Idul Fitri, memberikan selamat dan bahkan ikut meramaikan perayaan Idhul Fitri di rumah. Maka, 'tidak enak' rasanya kalau harus cuek kala mereka sedang merayakan Natal. Dan seringkali 'toleransi' dijadikan dalih untuk menempatkan Muslim pada posisi sulit sehingga terjebak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Natal.
Dan jawaban saya tetap tidak pernah berubah, cukup singkat, TIDAK BOLEH!. Apapun alasan, kita tidak boleh mengucapkan 'Selamat Natal' dalam apapun kondisinya.
Kali ini kita tidak membahas tentang Natal dari sudut sejarah. Karena insyaAllah kita sudah mengetahui semua, bagaimana sejarah Natal dan pengaruh budaya pagan Romawi yang kental mewarnai ritual 25 Desember ini. Namun kita akan membahas Natal dari sisi ibadah dan dampaknya pada aqidah.
Hakekat Natal
Natal adalah sebuah peringatan terhadap lahirnya Yesus (Isa as) sebagai Tuhan. Apakah benar Yesus dilahirkan pada 25 Desember? Tidak juga. Alquran menginfor-masikan bahwa Isa as lahir saat pohon kurma sedang berbuah lebat hingga buah-buahnya jatuh berguguran. Dan ini mustahil terjadi pada bulan Desember.
Namun yang penting ditekankan disini bahwa Natal adalah peringatan terhadap hari lahirnya/hadirnya Yesus sebagai Tuhan. Yang perlu digarisbawahi adalah kalimat, 'Yesus sebagai Tuhan'. Sehingga, peringatan Natal ini sesungguhnya adalah sebuah ibadah. Sebuah ibadah inti dalam agama Kristen. Karena tanpa peringatan 25 Desember (lahirnya Tuhan) maka eksistensi agama Kristen pun tidak ada.
Natal adalah ibadah yang masuk dalam wilayah aqidah. Karena di sinilah mula eksistensi ketuhanan agama lain (Kristen). Natal adalah salah satu inti iman Kristen.
Idul Fitri
Berbeda dengan Natal. Idhul Fitri adalah sebuah perayaan Muslim setelah melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Idul Fitri diisi dengan acara silaturahim, maaf memaafkan antara keluarga, tetangga, kerabat dekat maupun jauh, relasi di kantor, dsb. Perayaan ini memasuki wilayah hablu-minannas.
Konsistensi Menjaga Aqidah
Ketika seorang Kristen datang pada saat Idul Fitri dan mengucapkan selamat Idul fitri atau bahan ikutan mengucap 'mohon maaf lahir bathin', sesungguhnya tidak ada pelanggaran aqidah/iman yang dilakukan oleh orang Kristen tersebut terhadap agamanya. Mereka sangat menyadari hal ini. Jadi jangan heran ketika mereka sangat antusias ikut serta dalam perayaan Idhul Fitri. Karena tidak ada pelanggaran apapun dalam iman mereka. Tapi justru ini menjadi pintu masuk untuk menunjukkan bahwa mereka sangat toleran terhadap umat Islam dan secara tidak langsung juga menuntut agar umat Islampun toleran terhadap mereka dan agar Muslim tidak menolak ketika mereka mengajak untuk berpartisipasi dalam Natal. Ini tidak fair!
Tapi coba perhatikan, adakah mereka mau mengucapkan selamat kita Muslim merayakan Idhul Adha (Idul Qurban)? Tentu tidak pernah dan mereka tidak akan mau. Karena ketika seorang Kristen mengucapkan Idhul Adha kepada Muslim, maka ia sudah melanggar iman mereka. Mengapa demikian?
Idhul Adha
Bagi umat Islam, Idhul Adha adalah peringatan yang merefleksikan peristiwa keikhlasan dan loyalitas Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT dengan mengikhlaskan putranya Nabi Ismail AS untuk disembelih.
Namun dalam keimanan Kristen, putra tunggal Nabi Ibrahim AS adalah Ishak AS. Bibel tidak mengakui Nabi Ismail sebagai putra nabi Ibrahim. Iman Kristen sebagai mana yang tertulis dalam Bibel menyatakan bahwa putra yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Ishak, bukan Ismail.
Kejadian 22:2
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Bahkan lebih jauh, Nabi Ismail AS yang dihormati dalam Islam sebagaimana nabi-nabi yang lainnya, namun dalam Kristen Nabi Ismail dikatakan sebagai seorang laki-laki yang perilakunya seperti keledai liar.
Kejadian 16:11-12
Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
Sehingga, jika seorang Kristen meng-ucapkan selamat Idhul Adha berarti ia telah mengingkari ayat-ayat dalam kitab suci mereka. Menodai keimanan mereka terhadap firman Tuhannya.
Jika ucapan Idhul Fitri tidak membawa dampak apa-apa bagi umat Kristen, tapi justru menguntungkan mereka. Namun ucapan Idhul Adha justru akan sangat membahayakan iman/aqidah mereka. Dan hingga saat ini mereka sangat konsisten mempertahankan iman mereka.
Pertanyaannya, mengapa kita sebagai Muslim harus mempertaruhkan atau bahkan menggadaikan aqidah kita dengan mengucap 'Selamat Natal' atas dalih toleransi? Ini bukan toleransi, tapi pemerkosaan aqidah.
Sebagian memberikan alasan bahwa mereka masih terikat pada pekerjaan yang dalam posisi sulit mengelak untuk mengucap 'Selamat Natal' pada relasi, customer, bos, atau atasan. Sebagian yang lain beralasan karena untuk menjaga hubungan baik, kekerabatan, kekeluargaan dengan saudara, ipar, orang tua, mertua ataupun tetangga.

Bahkan ada yang berdalih, rekan kerja suaminya, tetangga atau kerabatnya yang beragama Kristen, selalu hadir saat Idul Fitri, memberikan selamat dan bahkan ikut meramaikan perayaan Idhul Fitri di rumah. Maka, 'tidak enak' rasanya kalau harus cuek kala mereka sedang merayakan Natal. Dan seringkali 'toleransi' dijadikan dalih untuk menempatkan Muslim pada posisi sulit sehingga terjebak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Natal.
Dan jawaban saya tetap tidak pernah berubah, cukup singkat, TIDAK BOLEH!. Apapun alasan, kita tidak boleh mengucapkan 'Selamat Natal' dalam apapun kondisinya.
Kali ini kita tidak membahas tentang Natal dari sudut sejarah. Karena insyaAllah kita sudah mengetahui semua, bagaimana sejarah Natal dan pengaruh budaya pagan Romawi yang kental mewarnai ritual 25 Desember ini. Namun kita akan membahas Natal dari sisi ibadah dan dampaknya pada aqidah.
Hakekat Natal
Natal adalah sebuah peringatan terhadap lahirnya Yesus (Isa as) sebagai Tuhan. Apakah benar Yesus dilahirkan pada 25 Desember? Tidak juga. Alquran menginfor-masikan bahwa Isa as lahir saat pohon kurma sedang berbuah lebat hingga buah-buahnya jatuh berguguran. Dan ini mustahil terjadi pada bulan Desember.
Namun yang penting ditekankan disini bahwa Natal adalah peringatan terhadap hari lahirnya/hadirnya Yesus sebagai Tuhan. Yang perlu digarisbawahi adalah kalimat, 'Yesus sebagai Tuhan'. Sehingga, peringatan Natal ini sesungguhnya adalah sebuah ibadah. Sebuah ibadah inti dalam agama Kristen. Karena tanpa peringatan 25 Desember (lahirnya Tuhan) maka eksistensi agama Kristen pun tidak ada.
Natal adalah ibadah yang masuk dalam wilayah aqidah. Karena di sinilah mula eksistensi ketuhanan agama lain (Kristen). Natal adalah salah satu inti iman Kristen.
Idul Fitri
Berbeda dengan Natal. Idhul Fitri adalah sebuah perayaan Muslim setelah melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Idul Fitri diisi dengan acara silaturahim, maaf memaafkan antara keluarga, tetangga, kerabat dekat maupun jauh, relasi di kantor, dsb. Perayaan ini memasuki wilayah hablu-minannas.
Konsistensi Menjaga Aqidah
Ketika seorang Kristen datang pada saat Idul Fitri dan mengucapkan selamat Idul fitri atau bahan ikutan mengucap 'mohon maaf lahir bathin', sesungguhnya tidak ada pelanggaran aqidah/iman yang dilakukan oleh orang Kristen tersebut terhadap agamanya. Mereka sangat menyadari hal ini. Jadi jangan heran ketika mereka sangat antusias ikut serta dalam perayaan Idhul Fitri. Karena tidak ada pelanggaran apapun dalam iman mereka. Tapi justru ini menjadi pintu masuk untuk menunjukkan bahwa mereka sangat toleran terhadap umat Islam dan secara tidak langsung juga menuntut agar umat Islampun toleran terhadap mereka dan agar Muslim tidak menolak ketika mereka mengajak untuk berpartisipasi dalam Natal. Ini tidak fair!
Tapi coba perhatikan, adakah mereka mau mengucapkan selamat kita Muslim merayakan Idhul Adha (Idul Qurban)? Tentu tidak pernah dan mereka tidak akan mau. Karena ketika seorang Kristen mengucapkan Idhul Adha kepada Muslim, maka ia sudah melanggar iman mereka. Mengapa demikian?
Idhul Adha
Bagi umat Islam, Idhul Adha adalah peringatan yang merefleksikan peristiwa keikhlasan dan loyalitas Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT dengan mengikhlaskan putranya Nabi Ismail AS untuk disembelih.
Namun dalam keimanan Kristen, putra tunggal Nabi Ibrahim AS adalah Ishak AS. Bibel tidak mengakui Nabi Ismail sebagai putra nabi Ibrahim. Iman Kristen sebagai mana yang tertulis dalam Bibel menyatakan bahwa putra yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Ishak, bukan Ismail.
Kejadian 22:2
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Bahkan lebih jauh, Nabi Ismail AS yang dihormati dalam Islam sebagaimana nabi-nabi yang lainnya, namun dalam Kristen Nabi Ismail dikatakan sebagai seorang laki-laki yang perilakunya seperti keledai liar.
Kejadian 16:11-12
Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
Sehingga, jika seorang Kristen meng-ucapkan selamat Idhul Adha berarti ia telah mengingkari ayat-ayat dalam kitab suci mereka. Menodai keimanan mereka terhadap firman Tuhannya.
Jika ucapan Idhul Fitri tidak membawa dampak apa-apa bagi umat Kristen, tapi justru menguntungkan mereka. Namun ucapan Idhul Adha justru akan sangat membahayakan iman/aqidah mereka. Dan hingga saat ini mereka sangat konsisten mempertahankan iman mereka.
Pertanyaannya, mengapa kita sebagai Muslim harus mempertaruhkan atau bahkan menggadaikan aqidah kita dengan mengucap 'Selamat Natal' atas dalih toleransi? Ini bukan toleransi, tapi pemerkosaan aqidah.
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Update :: Koleksi Terbaru Buku dan VCD Tausyiah Hj. Irena Handono
Senin, 01 Desember 2014
Update :: Koleksi Terbaru Buku dan VCD Tausyiah Hj. Irena Handono
Mari mengoleksi buku, DVD dan VCD karya Ummi Irena Handono!
1. Membunuh Dengan Tersenyum (IDR 65.000)
2. Perbandingan Islam Dan Kristen (IDR 60.000)
3. Waspadai Pemurtadan (IDR 42.000)
4. Bibel Bukan Injil (IDR 28.000)
5. Mata Air Syahadat Untuk Negeriku (Umi Irena sebagai pengantar, IDR 85.000)
6. Dahsyatnya Shalat Tuma'ninah (Umi Irena sebagai pengantar, IDR 32.000)
7. DVD Aku Kamu Cinta & Pergaulan (IDR 50.000)
8. VCD Nabi SAW Bukan Pedofil (IDR 15.000)
9. VCD Adakah Terorisme Dalam al-Quran Dan Bibel (IDR 15.000)
10. VCD Menyingkap Fitnah Dan Teror (IDR 15.000)
11. VCD Islam Rahmatan Lil Alamin (IDR 15.000)
12. VCD Kebangkitan Ummat (IDR 15.000)
Dengan cara pemesanan: Nama lengkap_alamat lengkap_No HP_Judul buku/DVD/VCD yang dipesan ke nomor 0857 2588 4599 atau pin BBM 51A07358
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Siapa Bilang Yesus Hidup Membujang ?
Sabtu, 30 Agustus 2014
Siapa Bilang Yesus Hidup Membujang ?
Tak akan ada umat Kristen yang mau mempercayai bahwa Yesus mempunyai istri dan keturunan. Karena, mana mungkin Tuhan menikah dan mempunyai anak? Bahkan kita umat Islampun, akan tercengang tidak percaya bahwa dalam sejarah hidupnya Yesus pernah kawin dan mempunyai keturunan, karena selama ini kita juga dijejali oleh cerita kaum Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan, maka mustahil seorang Tuhan menikah bahkan mempunyai anak.
Kita umat Islam meyakini Yesus (Isa as) adalah seorang manusia, seorang nabi sebagaimana nabi-nabi yang telah berlalu sebelumnya. Sehingga tidak mustahil bahwa Yesus menikah dan mempunyai keturunan. Namun sosok Yesus sebagai manusia yang terlibat dalam sejarah telah dikaburkan sedemikian rupa, sehingga sejarah asli Yesus benar-benar gelap bagi sebagian besar umat manusia. Yang tinggal adalah Yesus yang dibungkus dengan pakaian ketuhanan sehingga bagi orang-orang yang tidak mampu menggunakan akal sehatnya, menganggap Yesus benar-benar sebagai Tuhan.
Tapi bagi sebagian manusia yang mau menggunakan akalnya, ketuhanan Yesus menjadi sumber pertanyaan akal yang tidak pernah berhenti. Mereka-mereka inilah yang sedikit demi sedikit, menguak misteri sejarah hidup Yesus.
Salah satunya, adalah seorang teolog, pakar Perjanjian Baru dan Gulungan Laut Mati, Prof. DR. Barbara Thiering, dari Univ. of Sidney Australia. Setelah melakukan penelitian terhadap gulungan-gulungan Laut Mati (The Dead Sea Scrolls), selama 20 tahun, sampai kepada kesimpulan bahwa Yesus, beristri, bahkan lebih dari satu, alias poligami.
![]() |
Barbara Thiering |
Menurut sang Profesor, dalam sejarah kehidupan Yesus, Yesus pernah kawin bahkan dua kali. Dan upacara perkawinan Yesus, dapat ditelusuri dalam Perjanjian Baru sendiri, yaitu dalam Injil Markus-14:3, Yohanes-12:3 dan Lukas-7:37 dan seterusnya.
Markus-14:3.
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
Yohanes-12: 3
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Hubungan istimewa Yesus dengan Maria Magdalena, berabad-abad dibantah oleh gereja. Bahkan Maria Magdalena, difitnah sebagai seorang perempuan pendosa. Lihatlah Injil Lukas-7:37.
Tapi lanjutkan dengan membaca ayat-38 dari Injil yang sama: Lukas-7:38
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Seorang perempuan yang mencurahkan minyak wangi ke kepala, ke kaki, dan menciumi lelaki tersebut, menurut Profesor Thiering, adalah upacara perkawinan bangsawan Yahudi. Dalam masyarakat Yahudi, tidak akan pernah ada seorang perempuan pun, yang ujug-ujug datang mencium seorang lelaki yang bukan muhrimnya karena perbuatan itu hukumannya adalah hukuman mati.
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Seorang perempuan yang mencurahkan minyak wangi ke kepala, ke kaki, dan menciumi lelaki tersebut, menurut Profesor Thiering, adalah upacara perkawinan bangsawan Yahudi. Dalam masyarakat Yahudi, tidak akan pernah ada seorang perempuan pun, yang ujug-ujug datang mencium seorang lelaki yang bukan muhrimnya karena perbuatan itu hukumannya adalah hukuman mati.
Yang perlu dipertegas lagi, Yesus adalah orang Yahudi yang meneruskan
ajaran Nabi Musa as. Berdasarkan tradisi Yahudi, seseorang justru hanya
akan diakui sebagai Rabi dan guru apabila seseorang itu menikah.
Diperkuat dengan kenyataan bahwa orang Yahudi berpegang teguh pada
perintah “Beranak cuculah dan bertambah banyak” (Kej. 1:27) dan
pernyataan “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja” (Kej. 2:18)
serta tradisi bahwa seorang laki-laki Yahudi pertama-tama harus
mempelajari Taurat (sebagai orang Yahudi Yesus juga mempelajari Taurat)
sedangkan untuk mempelajari Taurat syaratnya adalah menikah.
![]() |
Buku Karya Barbara Thiering |
Bantahan Prof. Thiering terhadap klaim gereja yang selama
berabad-abad menutupi hubungan istimewa Yesus dengan Maria Magdalena,
didukung oleh penemuan Injil Philip di daerah Nag Hamadi, Mesir pada
tahun 1945.
Dalam Injil Philip ini, disebutkan dengan jelas, “Ada tiga orang yang selalu berjalan bersama Yesus: Maria ibundanya dan Maria saudara ibunya, dan Magdalena, yang disebut sebagai pasangannya. Dan pasangan dari Sang Juru Selamat (Saviour) adalah Maria Magdalena. (Dia mencintai) nya, melebihi cintanya kepada murid-murid yang lain dan sering menciumnya di mulutnya. Murid-murid yang lain berkata kepadanya: “Kenapa engkau lebih mencintainya dari pada kami?”. Sang Juru Selamat menjawab dan berkata: Kenapa aku tidak mencintai kalian seperti mencintai dia?" (59, 6-12; 63, 32- 64, 5)
Dalam Injil Philip ini, disebutkan dengan jelas, “Ada tiga orang yang selalu berjalan bersama Yesus: Maria ibundanya dan Maria saudara ibunya, dan Magdalena, yang disebut sebagai pasangannya. Dan pasangan dari Sang Juru Selamat (Saviour) adalah Maria Magdalena. (Dia mencintai) nya, melebihi cintanya kepada murid-murid yang lain dan sering menciumnya di mulutnya. Murid-murid yang lain berkata kepadanya: “Kenapa engkau lebih mencintainya dari pada kami?”. Sang Juru Selamat menjawab dan berkata: Kenapa aku tidak mencintai kalian seperti mencintai dia?" (59, 6-12; 63, 32- 64, 5)
Selanjutnya dari hasil penelitian Prof. Thiering, terungkap fakta
bahwa acara pernikahan Yesus dgn Maria Magdalena, diselenggarakan pada
hari Jumat tgl 22 September tahun 30 Masehi. Acara resepsinya
diselenggarakan tiga tahun kemudian, yaitu pada 19 Maret tahun 33
Masehi, jam 12 malam. Besoknya Yesus ditangkap, dan disalibkan.
Pada tgl 14 Juni 37 M, jadi 4 tahun setelah penyaliban, lahirlah anak Yesus yang pertama, yang diberi nama Jesus Justus. Anaknya yg ke-3 lahir pada 10 April 44 M. Namanya tidak diketahui. Anaknya yang ke-2 tidak ada informasi. Perkawinan Yesus yang kedua berlangsung dengan seorang perempuan yang bernama Lidia.
Kalau umat Islam, meragukan bahwa Yesus pernah kawin dan punya keturunan, maka buanglah keraguan itu jauh-jauh, karena Allah SWT berfirman dalam Alquran :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul sebelum engkau, dan Kami memberikan istri-istri dan keturunan kepada mereka. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (atau mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab. (Qs.Ar-Ra’d: 38).
Jadi, siapa bilang Yesus hidup membunjang?
![]() |
Perjamuan Terakhir / The Last Supper |
Pada tgl 14 Juni 37 M, jadi 4 tahun setelah penyaliban, lahirlah anak Yesus yang pertama, yang diberi nama Jesus Justus. Anaknya yg ke-3 lahir pada 10 April 44 M. Namanya tidak diketahui. Anaknya yang ke-2 tidak ada informasi. Perkawinan Yesus yang kedua berlangsung dengan seorang perempuan yang bernama Lidia.
Kalau umat Islam, meragukan bahwa Yesus pernah kawin dan punya keturunan, maka buanglah keraguan itu jauh-jauh, karena Allah SWT berfirman dalam Alquran :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul sebelum engkau, dan Kami memberikan istri-istri dan keturunan kepada mereka. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (atau mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab. (Qs.Ar-Ra’d: 38).
Jadi, siapa bilang Yesus hidup membunjang?
Label:
Anak Allah,
Anak Tuhan,
Bibel,
Damai Dalam Kristus,
God,
Injil,
Islam Agama Keselamatan,
Juru Selamat,
Katolik,
Kristenisasi,
Lord Jesus,
Misi Salibis,
Paus,
Protestan,
Roh Kudus,
Sang Mesias,
Sudah Genap,
Tauhid,
Tuhan Bapa,
Yesus Kristus
Langganan:
Postingan (Atom)